Rabu, 10 November 2010
Aspek teknis dalam fotografi
Yang sering menjadi kendala utama fotografer pemula adalah kendala teknis. Banyak yang tidak mengetahui dasar dan tidak mengenal kameranya dengan baik. Saya pikir ini penting sekali untuk diatasi sebelum melangkah lebih jauh. Dengan menguasai aspek teknis, kita bisa membuat foto yang kita inginkan.
EXPOSURE / PENCAHAYAAN
Inti fotografi adalah pencahayaan, maka itu sangat penting kita memahami hal ini. Ada tiga faktor utama yang menentukan pencahayaan yaitu bukaan (aperture), kecepatan pemantik (shutter speed) dan sensitivitas sensor (ISO).
Jenis mode kamera yang bisa dipilih
Jenis mode kamera yang bisa dipilih
Berkaitan erat dengan pencahayaan, pertanyaan yang sangat sering saya dapatkan adalah mode kamera apa yang saya harus pakai. Bagi yang memahami prinsip pencahayaan, tentunya lebih cenderung memakai Manual (M), Aperture Priority (A/Av) atau Shutter Priority (S/Tv).
Lalu bagaimana dengan Auto mode, atau Program (P) mode atau scene modes seperti landscape mode (yang gambarnya seperti gunung) atau portrait mode (yang gambar wajah orang dari samping)? Apakah boleh memakai mode itu? Boleh saja kalau belum memahami pencahayaan, tapi bila telah memahami, otomatis kita tidak butuh lagi mode-mode tersebut.
Saya sendiri menyukai Aperture Priority, karena saya bisa fokus dalam mengendalikan berapa kabur latar belakang foto.
Mempelajari pencahayaan ibaratnya seperti belajar mobil manual, berenang atau belajar naik sepeda. Pertama-tama rasanya susah sekali, tapi kalau sudah memahami dan disertai praktek yang teratur, segalanya akan menjadi lancar. Setelah memahami hal ini, hasil hasil foto-foto Anda akan lebih konsisten.
EXPOSURE COMPENSATION / KOMPENSASI
Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi di atas. Ini menandakan pencahayaannya terlalu berlebihan
Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi di atas. Ini menandakan pencahayaannya terlalu berlebihan
Masih berkaitan dengan pencahayaan, hal yang perlu diperhatikan terutama fotografi digital adalah menghindari pencahayaan berlebih sehingga foto menjadi terlalu terang karena akan banyak detail yang hilang dan tidak bisa dimunculkan kembali. Untuk mengecek apakah foto kita terlalu terang, kita bisa lihat di layar LCD atau histogram.
Selain itu seringkali bila pemandangan di depan kita lebih banyak warna gelapnya daripada terangnya, kamera sering salah menafsirkan, sehingga foto menjadi lebih terang. Untuk itu, kita bisa mengakalinya dengan mengunakan fungsi kompensasi pencahayaan.
Nilai kompensasi tergantung pemandangan, jenis pengukur cahaya /metering yang aktif dan jenis kamera. Saran saya coba-coba saja sampai menemukan pencahayaan yang optimal.
Dalam foto ini, kompensasi pencahayaan diperlukan karena sebagian besar area di dalam foto berwarna gelap. Bila tidak, wajah akan terlalu terang dan jubah akan berwarna abu-abu. Data Teknis: Av mode, 200mm, f/4, 1/320 detik, ISO 200, EC -1
Dalam foto ini, kompensasi pencahayaan diperlukan karena sebagian besar area di dalam foto berwarna gelap. Bila tidak, wajah akan terlalu terang dan jubah akan berwarna abu-abu. Data Teknis: Av mode, f/4, 1/320 detik, ISO 200, EC -1
MENCEGAH FOTO KABUR / GOYANG
Dua faktor foto kabur atau goyang adalah salah fokus atau shutter speed kurang tinggi. Untuk masalah auto fokus, jangan mengandalkan setting automatic focus, tapi pilihlah titik fokus tertentu. Bila subjek bergerak, maka gunakanlah continuous AF sehingga auto focus bisa mengikuti subjek.
Untuk memastikan fokusnya benar-benar telah terkunci, bisa dari suara “beep” atau lihat konfirmasi AF yang biasanya berbentuk bulatan atau kotak hijau di dalam jendela bidik / viewfinder.
Berkenaan dengan masalah shutter speed, untuk foto subjek yang bergerak, butuh shutter speed yang cukup tinggi. Contoh: minimal 1/125 untuk foto orang berjalan. Kalau lebih rendah, foto akan kabur. Di kondisi cahaya yang kurang baik, triknya adalah menaikkan nilai ISO, sehingga shutter speed tinggi bisa dicapai.
Untuk faktor kedua, saya pernah menulis artikel Supaya foto tidak kabur [bagian 1 | bagian 2].
Foto #2
Keterangan Foto #2: Untuk membekukan foto penari, saya mengunakan setting AF-C (Nikon) / Ai Servo (Canon) supaya auto fokusnya tetap terkunci pada penari tersebut meski bergerak dengan cepat. Lalu saya juga mengunakan shutter speed yang cukup tinggi. Saya juga mengunakan kompensasi ekposur untuk mengkompensasikan latar belakang yang hitam pekat. Data Teknis: Aperture priority (Av) mode f/4, 1/200 detik, EC -1 1/3, AF-C, ISO 1250, 70mm.
DEPTH OF FIELD / KEDALAMAN FOKUS
Kedalaman fokus yang tipis membuat subjek lebih menonjol dan latar belakang menjadi blur sehingga berkesan artistik.
Untuk membuat efek seperti itu, saya pernah menulis artikel faktor-faktor yang menentukan latar belakang menjadi kabur.
Aspek teknis dalam fotografi
Di foto ini, saya mengunakan bukaan sangat besar, yaitu f/1.4 sehingga depth of field sangat tipis, latar belakang menjadi sangat mulus, bahkan sebagian besar rambut juga udah kabur. Selain itu, lensa yang saya pakai juga cukup tele. Data Teknis: f/1.4, 85mm, 1/1600 detik ISO 200
Di foto ini, saya mengunakan bukaan sangat besar, yaitu f/1.4 sehingga depth of field sangat tipis, latar belakang menjadi sangat mulus, bahkan sebagian besar rambut juga udah kabur. Selain itu, lensa yang saya pakai juga cukup tele. Data Teknis: f/1.4, 85mm, 1/1600 detik ISO 200
WHITE BALANCE
wb-white-balance
Contoh beberapa preset White Balance
Tips terakhir untuk artikel ini adalah menentukan setting WB / White balance yang tepat dengan kondisi atau hasil yang ingin dicapai. Memang di setiap kamera biasanya telah ada AWB atau Auto White Balance, tapi sekali lagi, AWB sering kali tidak menerjemahkan kondisi lapangan dengan baik atau tidak memahami keinginan kita.
Misalnya bila kondisi cahaya di lapangan mendung, maka pilihlah WB cloudy (yang bergambar seperti awan). Kalau di bawah bayangan, pilih Shade dan seterusnya. Kalau di dalam ruangan yang lampunya kuning, maka pakailah WB tungsten (yang gambarnya seperti bola lampu).
Bila ingin foto terlihat lebih hangat (kekuningan/jingga), maka set WB ke cloudy atau shade. Bila ingin foto terlihat lebih dingin / kebiruan, maka pilihlah WB tungsten.
Untuk kamera yang canggih, kita bisa mengeset temperatur warna sendiri dalam derajat Kelvin. Makin rendah makin biru, makin tinggi makin kekuningan.
PENUTUP
Sebelum mengembangkan fotografi secara artistik, tentunya kita harus menguasai hal-hal teknis terlebih dahulu. Maka itu, kita benar-benar perlu sungguh-sungguh belajar dan berlatih.
Lalu saya perlu tekankan juga bahwa untuk menguasai hal-hal teknis, tidak diperlukan kamera atau lensa yang canggih yang mahal. Asal kameranya punya fungsi Manual dan semi otomatis seperti Aperture priority atau Shutter priority, maka Anda bisa mempraktekkan prinsip-prinsip fotografi diatas.
Banyak juga yang di bahas di artikel ini, semoga bisa dipahami dan selamat berlatih.
SHUTTER SPEED,ISO,APERTURE
Anyway, waktu browsing2 and searching2 mengenai 3 elemen dasar fotografi tsb , nemuin sedikit penjelasan dari sebuah Forum diskusi di internet ( lupa forum nya xixixi )
Mudah2an juga bermanfaat bagi yang masih belajar fotografi macam aku ni :))
SHUTTER SPEED, ISO, APERTURE
1. Shutter (shutter speed) - kecepatan rana. Adalah kecepatan yg menunjukkan seberapa lama sensor terekspose terhadap cahaya yang datang dari lensa. Biasanya dibuat dalam satuan detik. Bisa berkisar dari 30 detik sampa 1/4000 detik. Kamera yg lebih advance bisa sampai 1/8000 bahkan 1/12000 detik.
Kecepatan ini biasanya adalah kecepatan gerakan miror yang menghalangi sensor...(gerak mekanik).
Semakin cepat gerakan nya...berarti semakin sedikit cahaya yang masuk ke sensor..mengakibatkan gambar menjadi gelap, begitu juga sebaliknya...semakin lambat shutter speed..semakin banyak cahaya yg diterima sensor...semakin terang.
Aktivitas ini terjadi di dalam body kamera.
2. Diafragma/aperture (dikenal dalam satuan nilai f).
Diafragma adalah bagian dalam lensa...(klo kita liat ada lubang yang dibentuk dari elemen2 tipis seperti pisau yg membentuk lingkaran), yang mengatur jumlah cahaya masuk melalui lensa.
Semakin besar diafragma (ditandai dengan angka f yang kecil), semakin banyak cahaya yang lewat..dan sebaliknya...dengan angka f yang semakin besar.
3. ISO: Sebenarnya kependekan maksa dari International Organization of Standarization (harusnya IOS) dalam hal sensitifitas sensor terhadap cahaya. Kaya di pabrik2 lah ISO 90001 dst. Tapi di fotografi...ISO ini adalah nilai standarisasi sensitifitas sensor terhadap cahaya....di samakan dengan jaman film dulu.
Semakin besar nilai ISO...berarti sensor kamera kita semakin sensitif terhadap cahaya...menghasilkan gambar yg semakin terang. Itulah enaknya jaman digital...untuk merubah ISO kita hanya perlu memencet 1-2 tombol saja. ga perlu ganti film (apalagi ganti sensor---gila aja). Tetapi, semakin tinggi ISO semakin besar kemungkinan terjadinya noise pada hasil gambar.
4. Exposure.
Eksposure nih apa ya..saya juga bingung. Bahasa terjemahan langsungnya sih...'keterbukaan'..(halah)...atau pencahyaan. Sebenarnya gabungan dari No. 1-3..menghasilkan nilai eksposure.
Maksudnya sama, seberapa lama/besar sensor terekspose cahaya. Tapi di kamera kita...eksposure sebnarnya adalah kombinasi dari shutter speed dan diafragma serta ISO. Jika kita menggunakan mode S,A,P dan M...kita akan diberikan opsi untuk mengatur exposure..ditandai dengan garis skala mulai -2, 0 sampai +2.
Nilai eksposure normal...itu biasanya di angka 0. Walaupun tidak selalu begitu....kadang 'mata' kamera dan mata kita punya selera yang berbeda. Dengan patokan skala itu lah...kita dapat merubah2 nilai eksposure kita (EV - eksposure value) semau kita.
Aplikasinya: (misal kita set kamera kita di EV = 0)
Di mode S (shutter speed priority) jika kita mengubah2 nilai shuuter speed..maka kamera akan otomatis mengubah nilai F (aperture) agar nilai EV tetap = 0.
Di mode A (aperture prioroty), sebaliknya...kamera lah yang otomatis menentukan shutter speed agar EV = 0.
Mode P: kita hanya bertugas mengatur berapa nilai EV yg kita mau. Biasanya di tengah hari yg terik...biasanya kita ingin nilai EV diturinkan ke -1...karena 0 biasanya masih terlalu terang untuk mata kita. Walaupun di mode P ini kita masih bisa mengubah S maupun A (bisa liat di manual).
Mode M (manual): mode buta. Bagi sebagian yg baru memegang SLR...sulit sekali menentukan pencahyaan (eksposure) yang pas...waktu menggunakan mode M. Disinilah sebenarnya skala eksposure benar2 menjadi 'sahabat' kita. Pada saat kita mengatur shutter speed dan diafragma (aperture)..patokan kita hanya garis skala eksposure....pastikan kombinasi shutter speed dan aperture yg kita set...menghasilkan nilai EV yg sesuai dengan keinginan kita.